Setelah itu masuk pada zaman kependudukan Indonesia dilihat dari sector Ekonomi ada perbedaan sedikit yang mana pada waktu penjajahan Republik Indonesia (RI) sector ekonomi sangat diandalkan atau sangat menjadi prioritas pemerintahan pusat (Jakarta) namun ini bernuansa politik, dari sektor ekonomi ada perubahan yang signifikan pada waktu itu sampai sebagian masayarat menikmati pembangunan yang dilakukan pemerintahan Indonesia dan terjerumus kehal-hal strategis politik Indonesia pada waktu itu baik itu pembangunan fisik maupaun non fisik berjalan sesuai dengan rencana repelita dari pemerintahan Indonesia seperti jalan raya Nasional sampai pelosok-pelosok timor leste dibangun, rakyat bebas melakukan aktivitas ekonomiNya, hasil-hasil bumi dan hasil-hasil pertanian diekspor ke Negara Indonesia namun disektor ekonomi berjalan seperti itu tetap perekonomian secara agregat tetap dikuasai orang-orang jawa (Indonesia) baik itu dari mikro, bisnis (Usaha skala kecil) maupun makro dan juga pelanggaran Hak asasi manusia (HAM) yang tidak manusiawi waktu itu.
Keadaan ekonomi rakyat disaat ini (Masa Merdeka) tidak jauh berbeda pada waktu masa penjajahan, banyak masyarakat yang mengeluh terhadap ekonomia yang dihadapi dalam kehidupan mereka karena kesempatan mereka berekonomi tetap tertindas oleh orang-orang kapitalis ini menunjukkan bahwa kita sedang memasuki babak baru yaitu Neo-Kapitalisme sebab perekonomian saat ini hampir sama dengan keadaan ekonomi di masa penjajahan, misalnya kita dilihat dari aspek mikro, bisnis, keadaan ekonomi dipasar penawaran dan pasar permintaan dikuasai oleh orang-orang asing seperti dominasi China, Indonesia da beberapa Negara-negara asing lainnya aktivitas ekonomi didominasi oleh orang asing tersebut jika situasi ini tidak diatasi dengan satu pendekatakan yang tepat guna maka kedepannya akan menbahayakan eksistensi perekonomian di Timor Leste masalah yang akan kita hadapi bahwa kemajuan ekonomi dilihat dari aspek mikro dan bisnis akan statis, masyarakat akan ketergantungan terhadap dana Negara dan juga komitmen masyarakat dalam berkompetensi disektor bisnis menurun karena pasar bisnis didominasi oleh orang asing akhirnya setiap anggaran tahunan Negara yang dialokasikan setiap tahun akan mengalir ke luar negeri akhirnya menghambat sirkulasi uang semakin menurun dan pengangguran semakin meningkat, hal ini merupakan penyakit ekonomi yang pada akhirnya menyebabkan proses ekonomi lamban, kita “ibarat keluar dari ruma masuk rumah dengan kondisi yang sama” sebagaimana situasi ekonomi rakyat dimasa penjajahan dan masa kini.
Perlunya pemerintah harus menperhatikan masalah sederhana ini dengan serius melalui kebijakan undang-undang yang jelas misalnya menyeleksi dan menbatasih orang asing dalam hal ini jenis usaha skala kecil seperti: pedaggan kaki lima, penjahit, warung, tukang bakso dll jenis usaha yang sederhana yang menbutuhkan dana sedikit yang mana masyarat local juga dapat melakukannya tetapi inipun sedang didominasi oleh orang asing, lagian pemerintah kita juga menyalurkan dana anggaran 2009-2010 untuk tunjangan hari tua, kompensasi untuk para Veteran, dana rekoperasi para pengungsi krisis 2006 dan dana-dana humanitarian lainnya sebenarnya pemerintah memanfaatkan dana tersebut yang sudah di tangan sebagian masyarakat dengan cara menberikan peluang kepada masyarakat untuk memanfaatkan dana tersebut guna menhasilkan investasi jangka panjang pada masyarakat itu sendiri misalnya masyarakat melakukan bisnis skala kecil dengan dana tersebut seperti; mendirikan industri-industri kecil, mendirikan warung, penjahit (Alvayati), mendirikan kelompok-kelompok pertanian, Koperasi Unit Desa (KUD) dll. Namun pemerintah selama ini tidak menyadari semua ini bahkan menbuka lebar-lebar pintu negri ini, “ibarat setan menbuka pintu neraka para leader-leader koruptor” sehingga orang-orang asing mafia bisnis akhirnya mematikan komitmentu masyarakat lokal untuk berpartisipatif pada bidang bisnis mikro skala kecil, mungkin kebijakan pemerintah ini ada benarnya karena Negara china sudah banyak menyalurkan bantuannya baik fisik maupaun Non-fisik sehingga sulit bagi pemerintah untuk mengabil sikap serius terhadap warga China yang selama ini mendominasi pasar jika demikian apakah model ini akan menbantuk ekonomi kerakyatan ataukah akan menjadi pemicu konflit di negri ini, saya kira ini merupakan satu kekecewaan rakyat di zaman kemerdekaan ini yang mungkin kita dapat dirumuskan menjadi satu pertanyaan buat kita semua khususnya para generasi aktivis yang merupakan pioner bangsa pertanyaan yang penulis ingin lontarkan buat kawan-kawan aktivis berbunyi seperti ini ”Apakah Kemerdekaan merupakan satu solusi untuk melindungi rakyat ataukah menberikan kesempatan kepada Negara-negara kapitalis untuk menjajah kita lewat budaya bisnis mereka”? penulis harap pertanyaan ini dikritiskan lewat kalangan-kalangan aktivis akademisi guna mendapat satu kebenaran dan akan solusinya sebab pada faktanya berjalan sedemikian rupa.
Sem comentários:
Enviar um comentário